“Aku telah menjual ruhku dalam
ruang sirkuit rindu-dendam yang menderu-deru. “Isyq” (rindu dendam) adalah
makananku, tanpa itu aku akan mati. Jangan takdirkan aku tanpa rindu-dendam
kepada Layla. Duhai Tuhan, tuangkan air bening rindu. Cemerlangkan mataku dengan
celak hitam selamanya. Duhai Tuhan, tambahkan aku rindu kepadanya. Bila umurku
pendek, tambahkan rindu itu kepadanya. Duhai Tuhan, tambahkan rinduku kepada
Layla, dan jangan biarkan aku melupakan dia selama-lamanya.” – Kisah Qais
Dan Laila (Laila Majnun)
Kisah Qais Dan Laila (Laila Majnun), sebuah kisah
dari cerita rakyat arab, tentang kecantikan seorang gadis bernama Laila, yang
menarik hati seorang pemuda, Qais keturunan Bani Amir. Qais yang semula pandai,
gagah dan berasal dari kabilah terhormat, menjadi “majnun” atau gila, karena
kasihnya yang tak sampai.
Pernah mendengar atau membaca kisahnya?
Sekedar berbagi akan saya ceritakan secara
singkat romantisme Kisah Qais Dan Laila (Laila Majnun). Berikut ceritanya.
Alkisah, sebuah kabilah bani Amir di lembah Hijaz dipimpin seorang
lelaki yang sudah uzur yang bernama Syed Omri, kekuasaannya disegani laksana
kekuasaan seorang raja, dia memiliki kekayaan yang melimpah. Dia seorang yang
baik, dermawan dan indah sosok budinya. Namun, kepuasaan itu cukup setelah
bertahun-tahun dia menunggu dan berdo’a untuk dikaruniai seorang anak. Istrinya
yang lembut telah melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan, mempesona, dan
mempuat semua orang terpanah, Namanya adalah Qays(Qais).
Setelah beberapa tahun, Syed Omri
menitipkan Qays kepada sang guru agar Qays menjadi pemuda terhormat kelak. Di
sekolah itu, Qays menjadi anak yang pandai, dia juga memiliki kefasihan lidah
dan pandai merangkai kata menjadi sebuah syair yang indah. Suatu ketika Qays
melihat seorang wanita yang begitu cantik dan indah, wajahnya bersinah bak
mutiara yang terdampar di tepi laut, dia
adalah Layla, yah, cahaya dari waktu malam. Keduanya berkenalan selayaknya
seorang sahabat, kemudian dia saling jatuh cinta dalam rahasia. Waktu terus
berjalan, hingga kabar percintaan mereka terdengar sampai kedua orang tua
layla.
Dari kabar itu, layla dikurung dan
dipenjara oleh orang tuanya sendiri. Seorang wanita dan seorang lelaki tidak
boleh bercumbu dan menciptakan cinta.
“ Mereka menganggap
cinta adalah dosa. Cinta bagi mereka adalah noda yang harus dibasuh hingga
bersih. Padahal kalbuku telah menjadi tawanannya Dan ia juga merindukanku”
Layla dan Qays sama-sama merindu,
mereka ingin bertemu dan tak tahan dengan penyakit cinta yang mereka rasakan,
hingga suatu malam Qays diam-diam berjalan mendekati rumah Layla. Kesedihan
Qays begitu mendalam, Layla akan segera menikah dengan seorang pemuda pilihan
ayahnya. Layla juga akan dipindahkan ke lembah Nejd. Sempat Syed Omri
melamarkan Layla untuk anaknya Qays, namun lamaran itu ditolak dengan mudahnya.
Setelah Layla dan Qays berpisah lama, Qays menjadi seorang pemuda yang gila dan
dijuluki “MAJNUN”, masa depannya suram karena kecintaannya pada Layla, Qays
sering mendapat hinaan dan cemoohan oleh masyarakat sekitar hingga ia
memutuskan pergi dan berteman liar dengan alam yang sepi dan menakutkan, Qays
tinggal disebuah gua dengan ditemani binatang-binatang buas, mulutnya tak
pernah berhenti memanggil nama Layla, matanya kosong tanpa arah, bajunya
compang-camping seperti gelandangan, Syed Omri sedih melihat anak satu-satunya
dibutakan oleh cinta yang tak bermakna. Syed Omri terus membujuk agar Qays
kembali pulang dan memikirkan masa depannya, Qays pun pulang dan mencium kaki
ayahnya, dia berkata “wahai ayahanda, kesedihan adalah takdirku, penderitaan
telah menghabiskan masa mudaku. Aku duduk dalam kegelapan, berselimut debu, dan
telah kuucapkan selamat tinggal pada semua kenikmatan duniawi yang
menggoda.
Namun, kesadaran Qays tidak berlangsung lama, dia kembali gila
dan pergi menanjaki alam liar beralaskan hawa yang dingin. Beberapa kali orang
membujuk Qays, tapi semua itu tak ada artinya dibanding Layla kekasihnya.
Begitu juga dengan Layla, ia masih menjaga kesucian cintanya kepada Qays, dia
tidak pernah melenyapkan bayangan Qays dari matanya, selama bertahun-tahun
suami Layla tidak pernah menjamah kehormatan Layla.
Zayd adalah orang kepercayaan
Layla, dia diutus Layla untuk mencari Qays dan memberikan surat padanya yang
berisi,
……………….
Wahai Qays, engkau telah
memberiku cintamu padaku. Cinta yang kuperoleh darimu, seakan berasal dari
langit. Engkau harus tau bahwa kehidupan gadis arab milikmu tetap suci bagai
mata air yang jernih dan berkilau. Walau aku tak berada disisimu, dan menurut
adat aku telah menjadi isteri seorang lelaki, namun, kesucian tubuh dan cintaku
tetap terjaga.
Engkau adalah segalanya bagiku,
karena beni cinta yang engkau taburkan telah berakar dalam hatiku. Aku adalah
rembulan dan engkau adalah matahari.demi hari akhir, aku tidak akan menghianati
cinta sucimu, dan akan mati dibawah kakimu
Setelah membaca surat dari Layla,
Qays tidak mampu berkata-kata, linangan air matanya membasahi pipinya, dia
dibantu Zayd menemui Layla, dan akhirnya Qays mampu berdiri dihadapan Layla,
dia ditemani binatang-binatang buas yang menjaganya, Qays dan Layla tersenyum
lega karena mereka mampu bertemu kembali setelah sekian lama. Namun, Layla
melihat tingkah laku Qays yang tiba-tiba merobek-robek bajunya sendiri dan
berlari-lari meninggalkan Layla. Layla terkejut, dia merenungkan nasib majnun,
meski begitu ia tetap mencintai Qays dan berharap dipersuntingnya. Kemudian
hari Layla sakit, sebelum ajal menjemputnya Layla menceritakan semua perasaan
pada ibunya.
…………….
Ibu! Waktuku telah tiba, engkau
tidak perlu mencaciku lagi, karena kasih sayangmu, engkau menyalahkan rasa
cintaku. Cinta membuat diriku merasakan kepedihan yang mendalam, dan
mengeringkan sumber airmataku.
Ibu! Mungkin akan dating seorang
pemuda dan menangis di pusaraku. Jangan engkau melarangnya, biarkan dia disana
untuk menumpahkan semua penderitaannya. Karena bagiku dia adalah kehidupanku.
Keberadaanku baginya, sama seperti cahaya bagi siang. Cintanya begitu luhur,
namun selalu dihina oleh kekuatan waktu. Jangan engkau hina ketika engkau
dengar ratapan liarnya, karena pemuda itulah yang paling memahami nasibku…….
Layla menghelakan nafas
terakhirnya, Zayd langsung berlari mencari Qays. Dan alangkah hancurnya Qays
bagai pencahan tuang. Qays seakan tidak mampu menerima semua ini, dia menjerit
kesedihannya dan berlari ke pemakaman Layla.Qays mendekatkan dadanya pada
pusara Layla, dan menciumnya ribuan kali, membentur-benturkan kepalanya hingga
tempat disekitarnya dipenuhi darah, binatang buas masih setia mengawalnya hanya
diam mematung melihat majnun menangis. Berkali-kali orang menghibur dan
membujuknya untuk meninggalkan pemakaman, tapi Majnun tetap memeluk nisan
Layla. Sayap-sayap kematian telah mengajak Qays menemui Layla. Wajah Majnun
terlihat seperti sedang tertidut, kepalanya tergeletak diatas batu nisan,
tubuhnya masih disisi pusara. Binatan buas masih tetap menunggu, tidak ada satu
orang pun tau bahwa Majnun telah meninggal, diketahuinya setelah sekian lama
setelah tubuh Majnun menyisakan tulang-tulang yang berserakan. Tiada orang yang
tau dan merasakan bagaimana penderitaan dua insan yang begitu mencintai dan
menjaga satu sama lain. Qays dimakamkan disebelah pusara Layla.
Demikianlah sejarah percintaan
mereka yang meninggalkan kesetiaan dan segenggam penderitaan.
“Khayalan telah menyatukan kita
berdua Melebur menjadi satu Menyatu dalam ketetapan cinta Kita adalah dua tubuh
dengan hati yang satu dan jiwa yang sama”.